Kerjasama dengan Fakultas Biologi UGM dalam Pengolahan Limbah
Limbah/sampah merupakan masalah umum dalam setiap aktivitas manusia. Salah satunya berasal dari kegiatan pemeliharaan hewan, baik hewan kesayangan, hewan ternak/produksi, maupun hewan percobaan. Pemeliharaan hewan percobaan yang meliputi tikus, mencit, dan marmut di fasilitas hewan Animal House Fakultas Biologi UGM secara kontinu menghasilkan limbah bedding, yaitu alas tidur hewan berupa sekam atau serutan kayu yang bercampur feses/tinja dan urin.
Selama ini belum ada pengolahan khusus terhadap limbah tersebut karena keterbatasan lahan dan tenaga. Limbah mentah (tanpa pengolahan) yang berasal dari hewan sehat/noninfeksius hanya dititipkan ke pihak kebersihan dan pengelola limbah/sampah UGM. Padahal, jika diolah dengan baik, limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk alami (kompos) yang berkualitas. Hal inilah yang melatarbelakangi kegiatan inisiasi kerja sama pengolahan limbah kotoran hewan dengan Kampung Satwa.
Kampung Satwa (KS) yang berlokasi di Kedung Banteng, Sumberagung, Moyudan, Sleman, DIY telah menjadi mitra Fakultas Biologi UGM sebagai Desa Binaan. Salah satu program KS adalah menjadi lokasi konservasi satwa ex situ sekaligus menjadi desa wisata untuk tujuan rekreasi dan edukasi yang berbasis ekologi. Saat ini KS memiliki sejumlah koleksi satwa dari kelompok ikan, herpetofauna, aves, dan mammal. Selain penguatan sarana dan prasarana, KS juga perlu mempersiapkan diri dalam pengelolaan limbah sekaligus sebagai upaya penataan lingkungan sekitar supaya senantiasa tampak asri.
Selain ingin mempelajari teknik pengolahan limbah pemeliharaan hewan coba yang ditawarkan, bapak-bapak Poktan juga ingin menerapkannya untuk pengolahan kotoran ternak mereka. Tak mau kalah dengan bapak-bapak, pihak ibu-ibu juga mengusulkan untuk dilakukan pelatihan pengolahan sampah dapur dan guguran daun dari pepohonan yang tumbuh lebat menaungi kampung. Pada dasarnya warga KS telah berupaya mengolah sendiri kotoran ternak mereka yang terdiri dari ayam, kambing, dan sapi, namun masih belum berhasil. Sementara itu, sampah dapur masih dibuang begitu saja hingga membusuk atau diberikan kepada hewan ternak, sedangkan guguran daun sebagian besar masih dibakar.
Pertemuan yang dilakukan di panggung terbuka nan asri dan sejuk (Gambar) membuahkan kesepakatan antara kedua belah pihak untuk diadakan pertemuan berikutnya guna memberikan tambahan ilmu, pelatihan/praktik secara langsung, dan pendampingan dalam pengolahan limbah/sampah menjadi kompos coklat dan kompos hijau.